Senin, 08 Juni 2015

Prasarat Wacana


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Istilah wacana dipergunakan untuk mencakup bukan hanya percakapan atau obrolan, tetapi juga pembicaraan di muka umum, tulisan, serta upaya-upaya formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara atau lakon. Wacana mencakup keempat tujuan penggunaan bahasa, yaitu : ekspresi diri, eksposisi, sastra, dan persuasi. (Tarigan, 2009: 22)
Wacana  yang  baik  adalah wacana  yang  harus memperhatikan  hubungan antarkalimat. Hal  ini harus selalu diperhatikan untuk memelihara keterkaitan dan keruntutan antarkalimat. Sejalan dengan pandangan bahwa bahasa  itu  terdiri atas bentuk  (form)  dan makna  (meaning),  hubungan  dalam wacana  dapat  dibedakan menjadi  dua  jenis  yaitu  hubungan  bentuk  yang  disebut  kohesi,  dan  hubungan makna atau hubungan semantis yang disebut koherensi. Prasayarat wacana selain kohesi dan koherensi yaitu terdapat topk, judul, dan tema yang akan kami bahas di bab pembahasan.
1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas kami dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana prasyarat sebuah wacana bahasa Indonesia?
1.3  Tujuan
Tujuan dari pembahasan ini diharapkan dapat memahami prasyarat wacana bahasa Indonesia.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1  PRASYARAT  WACANA
2.1.1        KOHESI
Kohesi adalah keterikatan antarunsur dalam struktur sintaksis atau struktur wacana yg ditandai antara lain konjungsi, pengulangan, penyulihan, dan pelesapan. (kbbi ofline 1.3)
Kohesi merupakan organisasi sintaksis, merupakan wadah kalimat-kalimat disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan. Hal ini berarti bahwa kohesi adalah hubungan antar kalimat dalam sebuah wacana, baik dalam strata gramatikal maupun dalam setrata leksikal tertentu. (Gutwinsky, 1976: 26 dalam Tarigan (2009: 93).
Kohesi atau kepaduan wacana ialah keserasian hubungan antar unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana, sehingga terciptalah pengertian yang koheren. Kohesi mengacu pada aspek bentuk atau aspek formal bahasa, dan wacana itu terdiri dari kalimat-kalimat. Sehubungan dengan hal tersebut, Tarigan (1987: 96) mengatakan bahwa kohesi atau kepaduan wacana merupakan aspek formal bahasa dalam wacana. Dengan kata lain, bahwa kepaduan wacana merupakan organisasi sintaktik, wadah kalimat-kalimat disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan. Hal ini berarti pula bahwa kepaduan wacana ialah hubungan antarkalimat di dalam sebuah wacana, baik dalam strata gramatikal maupun dalam strata leksikal tertentu (Gutwinsky dalam Tarigan, 1987: 96).
Kohesi atau kepaduan wacana banyak melibatkan aspek gramatikal dan aspek leksikal. Sehingga penanda yang digunakan untuk mencapai kepafuan sebuah wacana juga meliputi kedua aspek tersebut. Penanda yang dipakai untuk menandai kohesif tidaknya uatu wacana, meliputi: pronomina, substitusi, elipsis, konjugasi, dan leksikal (Halliday dan Hasan dalam Tarigan, 1987: 97).

Kategori kohesi yaitu:
a.       Pronomina (kata ganti)
Pronomina terdiri atas kata ganti diri, kata ganti penunjuk, kata ganti empunya, kata ganti penanya, kata ganti penghubung.
Contoh:
·         Kata ganti diri
Saya, aku, kita dan kami
·         Kata ganti penunjuk
Ini, itu, sini, situ dll
·         Kata ganti empunya
-ku, -mu, -nya, -kami, -kamu, -kalian.
·         Kata ganti penanya
Apa, siapa, mana
·         Kata ganti pengubung
Yang,
·         Kata ganti tak tentu
Siapa-siapa, masing-masing, sesuatu, seseorang, para.
b.      Substitusi (panggantian)
Substitusi adalag proses atau hasil pengantian unsur bahasa oleh unsur lain dalam satuan yang lebih besar untuk memperoleh unsur-unsur pembeda atau untuk menjelaskan suatu struktur tertentu. (Kridalaksana, 1984:185). Substitusi meupakan hubungan gramatikal, lebih bersifat hubungan kata dan makna. Substitusi dalam bahasa indonesia  dapat bersifat nominal, verbal, klausa, atau campuran; misalnya satu, sama, seperti itu, sedemikian rupa, demikian, begitu, melakukan hal yang sama.
c.       Elipsis
Elipsis adalah peniadaan kata atau satuan lainyang wujud asalnya dapat diramalkan dari konteks bahasa atau konteks luar bahasa (Kridalaksana, 1984:45 dalam Tarigan 2009: 97). Elipsis dapat pula dikatakan pengantian nol (Zero); sesuatu yang ada tetapi tidak diucapkan atau tidak dituliskan. Hal ini dilakukan demi kepraktisan. Elipsis dapat pula dibedahkan atas elipsis nominal, elipsis verbal, elipsis klausa.

d.      Konjungsi
Konjugsi adalah yang dipergunakan untuk mengabungkan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, kaliat dengan kalimat atau paragraf dengan paragraf (Kridalaksana, 1984:105 dalam Tarigan 2009:97)
Konjugsi dalam bahasa indonesia dapat dikelompokan atas:
a.       Konjugsi adfersatif : tetapi, namun
b.      Konjugsi klausal : sebab, karena
c.       Konjugsi koordinatif : dan, tetapi,
d.      Konjugsi koloratif : entah/entah, baik/maupun
e.       Konjugsi subordinatif : sebelum, sesudah
e.       Leksikal
Kohesi leksikal diperoleh dengan cara memilih kosa kata yang serasi. Ada beberapa cara untuk mencapai aspek leksikal kohesi, antara lain:
a.       Pengulangan (repetisi) kata yang sama: pemuda-pemuda
b.      Sinonim : pahlawan - perjuangan
c.       Antonim : putra – putri
d.      Hiponim : angkutan darat – kereta api, bis
e.       Kolokasi : buku, koran, majalah- media masa
f.       Ekuivalensi : belajar, mengajar, pelajar, pengajar, pengajaran.
2.1.2        KOHERENSI
Koherensi adalah pertalian atau jalinan antar kata, atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga, fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi dapat berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Contohnya, Proporsi : “demonstrasi mahasiswa“ dan “nilai tukar rupiah melemah“ adalah dua fakta yang berlainan. Dua buah kalimat itu menjadi berhubungan sebab akibat ketika ia dihubungkan dengan kata hubung “mengakibatkan“ sehingga kalimatnya menjadi “demostrasi mahasiswa mengakibatkan nilai tukar rupiah melemah“. Dua buah kalimat itu menjadi tidak berhubungan ketika dipakai kata hubung “dan“, dimana kalimatnya kemudian menjadi “demonstrasi mahasiswa dan nilai tukar rupiah melemah”. Dalam kalimat ini, antara fakta banyaknya demonstrasi dan nilai tukar rupiah dipandang tidak saling berhubungan, kalimat satu tidak menjelaskan kalimat lain atau menjadi penyebab kalimat lain. Jadi kesimpulannya koherensi merupakan elemen wacana untuk melihat bagaimana seseorang secara strategis menggunakan wacana untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa. (Deddy, 2011:242).
Koeherensi adalah kekompakan hubungan antar kalimat dalam wacana. Koherensi juga hubungan timbal balik yang serasi antar unsur dalam kalimat Keraf (dalam Mulyana 2005: 30). Sejalan dengan hal tersebut Halliday dan Hasan (dalam Mulyana 2005: 31) menegaskan bahwa struktur wacana pada dasarnya bukanlah struktur sintaktik, melainkan struktur semantik, yakni semantik kalimat yang di dalamnya mengandung proposisi-proposisi. Sebab beberapa kalimat hanya akan menjadi wacana sepanjang ada hubungan makna (arti) di antara kalimat-kalimat itu sendiri.
Pada dasarnya hubungan koherensi adalah suatu rangkaian fakta dan gagasan yang teratur dan tersusun secara logis. Koherensi dapat terjadi secara implisit (terselubung) karena berkaitan dengan bidang makna yang memerlukan interprestasi. Disamping itu, pemahaman hubungan koherensi dapat ditempuh dengan cara menyimpulkan hubungan antarproposisi dalam tubuh wacana itu. Kohesi dapat diungkapkan secara eksplisit, yaitu dinyatakan dalam bentuk penanda koherensi yang berupa penanda hubungan antarkalimat. Penanda hubungan itu berfungsi untuk menghubungkan kalimat sekaligus menambah kejelasan hubungan antarkalimat dalam wacana.
Tujuan aspek pemakaian aspek atau sarana koherensi antara lain ialah agar tercipta susunan dan struktur wacana yang memiliki sifat serasi, runtut, dan logis. Sifat serasi artinya sesuai, cocok, dan harmonis. Kesesuaian terletak pada serasinya hubungan antarproposisi dalam kesatuan wacana. Runtut artinya urut, sistematis, tidak  terputus-putus, tetapi bertautan satu sama lain. Sedangkan sifat logis mengandung arti masuk akal, wajar, jelas, dan mudah dimengerti. Suatu rangkaian kalimat yang tidak memiliki hubungan bentuk dan makna secara logis, tidak dapat dikatakan sebagai wacana.
Kohesi dan koherensi sebenarnya hampir sama. Beberapa penanda aspek kohesi merupakan aspek penanda koherensi. Demikian juga sebaliknya. Perbedaan antara keduanya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Perbedaan kohesi dan koherensi
Kohesi
Koherensi
Kepaduan
Keutuhan
Aspek bentuk (form)
Aspek lahiriah
Aspek formal
Organisasi sintaksis
Unsur internal
Kerapian
Kesinambungan
Aspek makna (meaning)
Aspek batiniah
Aspek ujaran
Organisasi semantis
Unsur eksternal

Jadi perbedaan diantara kedua aspek tersebut adalah pada sisi titik dukung terhadap struktur wacana. Artinya, dari arah mana aspek itu mendukung keutuhan wacana. Bila dari dalam (internal), maka disebut sebagai aspek kohesi. Sebaliknya bila aspek tersebut berasal dari luar (eksternal), maka disebut sebagai koherensi.
2.1.3        TOPIK
Topik adalah sesuatu yang dibicarakan dalam kalimat. Topik merupakan atau argumen dalam suatu proposisi.  Paragraf  biasanya memiliki satu topik atau tema utama, bahkan mungkin memiliki beberapa subtopik lagi. Dan secara keseluruhan, wacana memiliki banyak topik, salah satunya  ada yang diutamakan, yaitu topik atau tema. Pada tingkat kalimat, istilah ini selalu merujuk pada masalah subjek kalimat dan secara tradisional dihubungkan dengan tatabahasa. Tetapi sebenarnya tidaklah demikian. Kalimat bisa saja memiliki lebih dari satu topik, meskipun salah satunya diberikan penonjolan lebih dari yang lainnya, melalui struktuk sintaksis. 
Cara membatasi sebuah topik dapat dilakukan dengan mempergunakan cara sebagai berikut :
1.      Tetapkanlah topik yang akan digarap dalam kedudukan sentral.
2.      Mengajukan pertanyaan, apakah topik yang berada dalam kedudukan sentral itu masih dapat dirinci lebih lanjut? Bila dapat, tempatkanlah rincian itu sekitar lingkaran topik pertama tadi.
3.       Tetapkanlah dari rincian tadi mana yang akan dipilih.
4.       Mengajukan pertanyaan apakah sektor tadi masih dapat dirinci lebih lanjut atau tidak.
2.1.4        JUDUL
Judul  adalah nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita, dan lain-lain; identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis, bersipat menjelaskan diri dan yang manarik perhatian dan adakalanya menentukan wilayah (lokasi). Dalam artikel judul sering disebut juga kepala tulisan. Ada yang mendefinisikan Judul adalah lukisan singkat suatu artikel atau disebut juga miniatur isi bahasan. Judul hendaknya dibuat dengan ringkas, padat dan menarik. Judul artikel diusahakan tidak lebih dari lima kata, tetapi cukup menggambarkan isi bahasan.
 Syarat-syarat pembuatan judul :
1.      Harus relevan, yaitu harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau ada pertalian dengan beberapa bagian penting dari tema tersebut.
2.      Harus provokatif, yaitu harus menarik dengan sedemikian rupa sehingga menimbulkan keinginan tahu dari tiap pembaca terhadap isi buku atau karangan.
3.      Harus singkat, yaitu tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangklaian kata yang singkat. Usahakan judul tidak lebih dari lima kata.
Fungsi Judul :
1.      Merupakan identitas/cermin dari jiwa seluruh karya tulis
2.      Temanya menjelaskan diri dan menarik sehingga mengundang orang untuk membacanya atau untuk mempelajari isinya.
3.      Merupakan gambaran global tentang arah, maksud, tujuan, dan ruang lingkupnya.
4.      Relevan dengan isi seluruh naskah, masalah maksud,dan tujunnya.

2.1.5        TEMA
Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran dalam membuat suatu tulisan. Tema berasal dari bahasa Yunani “thithenai”, berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan. Tema merupakan amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Dalam karang mengarang, tema adalah pokok pikiran yang mendasari karangan yang akan disusun. Dalam tulis menulis, tema adalah pokok bahasan yang akan disusun menjadi tulisan. Tema ini yang akan menentukan arah tulisan atau tujuan dari penulisan artikel itu. Menentukan tema berarti menentukan apa masalah sebenarmya yang akan ditulis atau diuraikan oleh penulis.
Syarat Tema yang Baik :
1.      Tema menarik perhatian penulis. Dapat membuat seorang penulis berusaha terus-menerus untuk membuat tulisan atau karangan yang berkaitan dengan tema tersebut.
2.       Tema dikenal/diketahui dengan baik. Maksudnya pengetahuan umum yang berhubungan dengan tema tersebut sudah dimilki oleh penulis supaya lebih mudah dalam penulisan tulisan/karangan.
3.      Bahan-bahannya dapat diperoleh. Sebuh tema yang baik harus dapat dipikirkan apakah bahannya cukup tersedia di sekitar kita atau tidak. Bila cukup tersedia, hal ini memungkinkan penulis untuk dapat memperolehnya kemudian mempelajari dan menguasai sepenuhnya.
4.       Tema dibatasi ruang lingkupnya. Tema yang terlampau umum dan luas yang mungkin belum cukup kemampuannya untuk menggarapnya akan lebih bijaksana kalau dibatasi ruang lingkupnya.
http://maikylamasia.blogspot.com/2012/10/makalah-tema-topik-dan-judul-karangan.html

DAFTAR RUJUKAN
Hany Uswatun Nisa. 2011. Kohesi Dan Koherensi Antarkalimat Dalam Wacana Berita Di Majalah  Panjebar Semangat. FBS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Hidayat, Deddy. 2011. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Printing Cemerlang : Yogyakarta
Tarigan, Guntur. 2009. Pengajaran Wacana. Angkasa : Bandung
http://maikylamasia.blogspot.com/2012/10/makalah-tema-topik-dan-judul-karangan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar