A.
Pendahuluan
Pada
bagian ini anda diajak untuk membahas tentang paradigm baru pembelajaran.
Seperti yang kita ketahui bahwa banyak pandangan yang memberikan pemahaman baru
terhadap proses serta dimensi pendidikan sehingga dapat mendorong terjadinya
perubahan konsep pembelajaran sehingga dapat dijadikan pola berfikir dalam
memahami masalah-masalah dalam pembelajaran. Dengan mengkaji paradigm
alternative pembelajaran ini pula para pendidik atau calon pendidik diharapkan
dapat memandang suatu masalah, mengambil tindakan atau keputusan yang terkait
dalam praktik pembelajaran. Pengkajian paradigm alternative ini akan memberikan
dasar-dasar dalam mengkaji bagian yang lebih lanjut.
Berdasarkan
ulasan diatas maka pada bagian ini dipaparkan tentang beberapa dimensi yang
terkait paradigm alternative pembelajaran: perlunya paradigm alternative
pembelajaran, belajatr sebagai pilar utama pendidikan, peran pembelajaran
sebagai proses pemberdayaan diri, konstruktivisme sebagai paradigm pembelajaran
alternative.
1. Menjelaskan
perlunya paradigm alternative pembelajaran.
2. Menjelaskan
kedudukan pembelajaran sebagai pilar utama pendidikan.
3. Menjelaskan
pembelajaran sebagai proses pemberdayaan diri.
4. Menjelaskan
paradigm konstruktivisme dalam pembelajaran.
B.
MATERI
1. Paradigma Pendidikan
a.
Perlunya Paradigma Baru
Pendidikan
Paradigma
baru pendidikan diperlukan untuk membangun masyarakat terdidik, masyarakat yang
cerdas akan membawa pendididkan sebagai proses pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya. Paradigma pendidikan penting untuk diperbarui menjadi system
pembelajaran yang lebih bertumpu pada teori kognitif dan konstruktifistik.
Pembelajaran akan berfokus pada pengembangan kemampuan intelektual yang
berlangsung secara sosial dan kultural, mendorong siswa membangun pemahaman dan
pengetahuannya sendiri dalam konteks sosial dan belajar dimulai dari
pengetahuan awal dan prespektif budaya. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan
mentri pendidikan nasional yang menyatakan bahwa secara filosofis pendidikan
ditantang untuk melakukan redifinisi tentang tujuan, fungsi, dan hakikat
pendidikan yang berperan sebagai “human education for all human being”. Dengan
demikian, secara filosofis pendidikan harus memiliki keseimbangan dalam
peranananya membangun peserta didik sebagai warga dunia, warga bangsa, dan
warga masyarakat.
Hal
ini juga diperlukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan terbesar dari lembaga
pendidikan kita selama ini yaitu pendidikan yang tidak memiliki basis
pengembangan budaya yang jelas sehingga tidak mengherankan bila keluaran
pendidikan kita hanya menjadi manusia pencari kerja yang tidak berdaya bukan
manusia yang kreatif pencipta keterksitsn kesejahteraan dalam pendidikan dan
pembelajaran.
Dalam
proses pembelajaran pengembangan potensi siswa harus dilakukan secara
menyeluruh dan terpadu. Pengembangan potensi siswa yang tidak seimbang akan
menjadikan pendidikan cenderung lebih peduli pada perkembangan satu aspek
kepribadian tertentu saja, sehingga sangat keliru jika guru hanya bertanggung
jawab menyampaikan materi pelajaran saja.Sebaiknya guru juga berupaya membentuk
watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan.
Jika
duniapendidikan berhasil melakukan tugas ini maka pada gilirannya
masyarakat kita dimasa depan akan berkembang menjadi masyarakat yang
berkualitas secara intelektual dan moral.
2.
Pembelajaran
Sebagai Pilar Utama Pendidikan
Pada
hakikatnya, pendidikan adalah belajar (learning). Pendidikan mertumpu pada
empat pilar yaitu:
1. Learning
to know
Learning
to know adalah upaya memahami unsure-unsur
baik sebagai sarana maupun tujuan. Sebagai alat pengetahuan diharapkan akan
memberikan kemampuan setiap orang untuk memahami berbagai aspek lingkungan agar
mereka dapat hidup dengan harkat dan martabatnya dalam rangka mengembangkan
keterampilan kerja dan berkomunikasi dengan berbagai pihak yang diperlukan.
Sebagai tujuan maka pengetahuan akan bermanfaat dalam rangka peningkatan
pemahaman, pengetahuan serta penemuan di adalam kehidupanya.
2. Learning
to do
Learning
to do lebih ditekankan pada bagaimana
mengajarkan anak-anak untuk mempraktikan segala sesuatu yang telah
dipelajarinya dan dapat menerapkan pengetahuan-pengetahuan yang telah
diperolehnya tersebut dengan pekerjaan-pekerjaan dimasa depan.
3. Learning
to live together, learning to live with others
Learning
to live together, learning to live with others,
pada dasarnya adalah mengajarkan melatih dan membimbing peserta didik agar
mereka dapat menciptakan hubungan melalui komunikasi yang baik, menjauhi
prasangka-prasangka yang buruk terhadap orang lain serta menjauhi konflik agar
tercipta kedamaian dan keharmonisan hidup.
4. Learning
to be
Learning
to be menekankan bahwa melalui kegiatan pembelajaran setiap siswa harus terus
didorong agar mampu memberdayakan dirinya sendiri, mengambil keputusan sendiri
dan memikul tanggung jawab sendiri.
Kedudukan
keempat pilar pendidikan yang dipaparkan tersebut merupakan misi dan tanggung
jawab yang harus diemban oleh pendidikan. Melalui kegiatan belajar mnegtahui,
belajar berbuat, belajar hidup bersama dan menjadi diri sendiri dan didasari
oleh keinginan yang sungguh-sungguh maka akan semakin luas pengetahuan
seseorang tentang nilai-nilai positif, tentang orang lain serta tentang
berbagai perubahan dinamika yang terjadi.
3.
Pembelajaran
Sebagai Proses Pemberdayaan Diri
Dalam
proses pembelajaran, pengenalan terhadap diri sendiri merupakan hal yang sangat
penting dalam upaya-upaya pemberdayaan diri
Melalui
proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu membimbing dan memfasilitasi
siswa agar mereka dapat memahami kekuatan serta kemampuan yang mereka miliki
untuk selanjutnya memberikan motifasi agar siswa terdorong untuk bekerja atau
belajar sebaik mungkin agar mampu memberdayakan dirinya dalam menghadapi
berbagai masalah.
Hal
ini sesuai dengan UUD 1945, Pendidikan seharusnya mencerdaskan kehidupan bangsa
yang berarti pendidikan adalah usaha untuk memberdayakan manusia. Manusia yang
berdaya adalah manusia yang berfikir kreatif, mandiri dan dapat membangun
dirinya dan masyarakatnya.
4.
Paradigma Konstruktivisme Dalam
Pembelajaran
Konstruktifisme
merupakan respon terhadap berkembangnya harapan-harapan baru berkaitan dengan
proses pembelajaran yang menginginkan peran aktif siswa dalam memprakarsai
kegiatan belajarnya sendiri.Konstruktifisme merupakan paradigm alternative
pembelajaran yang muncul sebagai revolusi ilmiah yang menekankan bahwa
pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pembelajaran dan
paradigma konstruktifisme ini lenih menitik beratkan pada pengembangan
pemikiran yang memungkinkan siswa dapat memberdayakan fungsi-fungsi fisik dan
psikologis.
5.
SIMPULAN
paradigma alternatif pembelajaran memang suatu hal yang sangat penting dalam suatu pembelajaran dikarenakan disini kita dapat mengetahui paradigma apa saja yang terdapat dalam pembelajaran di Indonesia ini. Dan tentunya untuk membangun pembelajaran yang lebih berkualitas lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar