Minggu, 09 Februari 2014

PARADIGMA ALTERNATIF PEMBELAJARAN


A.    Pendahuluan
Pada bagian ini anda diajak untuk membahas tentang paradigm baru pembelajaran. Seperti yang kita ketahui bahwa banyak pandangan yang memberikan pemahaman baru terhadap proses serta dimensi pendidikan sehingga dapat mendorong terjadinya perubahan konsep pembelajaran sehingga dapat dijadikan pola berfikir dalam memahami masalah-masalah dalam pembelajaran. Dengan mengkaji paradigm alternative pembelajaran ini pula para pendidik atau calon pendidik diharapkan dapat memandang suatu masalah, mengambil tindakan atau keputusan yang terkait dalam praktik pembelajaran. Pengkajian paradigm alternative ini akan memberikan dasar-dasar dalam mengkaji bagian yang lebih lanjut.
Berdasarkan ulasan diatas maka pada bagian ini dipaparkan tentang beberapa dimensi yang terkait paradigm alternative pembelajaran: perlunya paradigm alternative pembelajaran, belajatr sebagai pilar utama pendidikan, peran pembelajaran sebagai proses pemberdayaan diri, konstruktivisme sebagai paradigm pembelajaran alternative.
1.      Menjelaskan perlunya paradigm alternative pembelajaran.
2.      Menjelaskan kedudukan pembelajaran sebagai pilar utama pendidikan.
3.      Menjelaskan pembelajaran sebagai proses pemberdayaan diri.
4.      Menjelaskan paradigm konstruktivisme dalam pembelajaran.

B.     MATERI
1.      Paradigma Pendidikan
a.       Perlunya Paradigma Baru Pendidikan
Paradigma baru pendidikan diperlukan untuk membangun masyarakat terdidik, masyarakat yang cerdas akan membawa pendididkan sebagai proses pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Paradigma pendidikan penting untuk diperbarui menjadi system pembelajaran yang lebih bertumpu pada teori kognitif dan konstruktifistik. Pembelajaran akan berfokus pada pengembangan kemampuan intelektual yang berlangsung secara sosial dan kultural, mendorong siswa membangun pemahaman dan pengetahuannya sendiri dalam konteks sosial dan belajar dimulai dari pengetahuan awal dan prespektif budaya. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan mentri pendidikan nasional yang menyatakan bahwa secara filosofis pendidikan ditantang untuk melakukan redifinisi tentang tujuan, fungsi, dan hakikat pendidikan yang berperan sebagai “human education for all human being”. Dengan demikian, secara filosofis pendidikan harus memiliki keseimbangan dalam peranananya membangun peserta didik sebagai warga dunia, warga bangsa, dan warga masyarakat.
Hal ini juga diperlukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan terbesar dari lembaga pendidikan kita selama ini yaitu pendidikan yang tidak memiliki basis pengembangan budaya yang jelas sehingga tidak mengherankan bila keluaran pendidikan kita hanya menjadi manusia pencari kerja yang tidak berdaya bukan manusia yang kreatif pencipta keterksitsn kesejahteraan dalam pendidikan dan pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran pengembangan potensi siswa harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Pengembangan potensi siswa yang tidak seimbang akan menjadikan pendidikan cenderung lebih peduli pada perkembangan satu aspek kepribadian tertentu saja, sehingga sangat keliru jika guru hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pelajaran saja.Sebaiknya guru juga berupaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan.
Jika duniapendidikan berhasil melakukan tugas ini  maka pada gilirannya masyarakat kita dimasa depan akan berkembang menjadi masyarakat yang berkualitas secara intelektual dan moral.
2.      Pembelajaran Sebagai Pilar Utama Pendidikan
Pada hakikatnya, pendidikan adalah belajar (learning). Pendidikan mertumpu pada empat pilar yaitu:
1.    Learning to know
Learning to know adalah upaya memahami unsure-unsur baik sebagai sarana maupun tujuan. Sebagai alat pengetahuan diharapkan akan memberikan kemampuan setiap orang untuk memahami berbagai aspek lingkungan agar mereka dapat hidup dengan harkat dan martabatnya dalam rangka mengembangkan keterampilan kerja dan berkomunikasi dengan berbagai pihak yang diperlukan. Sebagai tujuan maka pengetahuan akan bermanfaat dalam rangka peningkatan pemahaman, pengetahuan serta penemuan di adalam kehidupanya.
2.    Learning to do
Learning to do lebih ditekankan pada bagaimana mengajarkan anak-anak untuk mempraktikan segala sesuatu yang telah dipelajarinya dan dapat menerapkan pengetahuan-pengetahuan yang telah diperolehnya tersebut dengan pekerjaan-pekerjaan dimasa depan.
3.    Learning to live together, learning to live with others
Learning to live together, learning to live with others, pada dasarnya adalah mengajarkan melatih dan membimbing peserta didik agar mereka dapat menciptakan hubungan melalui komunikasi yang baik, menjauhi prasangka-prasangka yang buruk terhadap orang lain serta menjauhi konflik agar tercipta kedamaian dan keharmonisan hidup.
4.    Learning to be
Learning to be menekankan bahwa melalui kegiatan pembelajaran setiap siswa harus terus didorong agar mampu memberdayakan dirinya sendiri, mengambil keputusan sendiri dan memikul tanggung jawab sendiri.
Kedudukan keempat pilar pendidikan yang dipaparkan tersebut merupakan misi dan tanggung jawab yang harus diemban oleh pendidikan. Melalui kegiatan belajar mnegtahui, belajar berbuat, belajar hidup bersama dan menjadi diri sendiri dan didasari oleh keinginan yang sungguh-sungguh maka akan semakin luas pengetahuan seseorang tentang nilai-nilai positif, tentang orang lain serta tentang berbagai perubahan dinamika yang terjadi.
3.      Pembelajaran Sebagai Proses Pemberdayaan Diri
Dalam proses pembelajaran, pengenalan terhadap diri sendiri merupakan hal yang sangat penting dalam upaya-upaya pemberdayaan diri
Melalui proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu membimbing dan memfasilitasi siswa agar mereka dapat memahami kekuatan serta kemampuan yang mereka miliki untuk selanjutnya memberikan motifasi agar siswa terdorong untuk bekerja atau belajar sebaik mungkin agar mampu memberdayakan dirinya dalam menghadapi berbagai masalah.
Hal ini sesuai dengan UUD 1945, Pendidikan seharusnya mencerdaskan kehidupan bangsa yang berarti pendidikan adalah usaha untuk memberdayakan manusia. Manusia yang berdaya adalah manusia yang berfikir kreatif, mandiri dan dapat membangun dirinya dan masyarakatnya.
4.      Paradigma Konstruktivisme Dalam Pembelajaran
Konstruktifisme merupakan respon terhadap berkembangnya harapan-harapan baru berkaitan dengan proses pembelajaran yang menginginkan peran aktif siswa dalam memprakarsai kegiatan belajarnya sendiri.Konstruktifisme merupakan paradigm alternative pembelajaran yang muncul sebagai revolusi ilmiah yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pembelajaran dan paradigma konstruktifisme ini lenih menitik beratkan pada pengembangan pemikiran yang memungkinkan siswa dapat memberdayakan fungsi-fungsi fisik dan psikologis.
5.      SIMPULAN
paradigma alternatif pembelajaran memang suatu hal yang sangat penting dalam suatu pembelajaran dikarenakan disini kita dapat mengetahui paradigma apa saja yang terdapat dalam pembelajaran di Indonesia ini. Dan tentunya untuk membangun pembelajaran yang lebih berkualitas lagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar