A.
PENDAHULUAN
Dalam perkembangannya semakin banyak
tulisan dan kajian yang menyorot secara kritis pentingnya peran kecerdasan
emosional dalam mewujudkan keberhasilan atau sukses seseorang. Pandangan
sebelumnya yang menempatkan kecerdasan intelektual sebagai satu-satunya
predikator untuk menentukan keberhasilan seseorang semakin bergeser pada
pandangan yang melihat adanya kecerdasan-kecerdasan lain yang juga tidak kalah
pentingnya dalam menentukan sukses seseorang. Karena itu pada bagian ini anda
diajak untuk membahas pentingnya kecerdasan emosional dalam rangkaian proses
pembelajaran.
Berdasarkan uraian materi tersebut ,
maka setelah mempelajari bab ini berdiskusi dengan rekan-rekan anda serta
mengerjakan tugas-tugas latihan yang disediakan, anda diharapkan memiliki
kompetensi:
1. Menjelaskan
pengertian kecerdasan emosional
2. Menjelaskan
kegunaan-kegunaaan emosi
3. Membedakan
jenis-jenis kecakapan emosi
4. Mengaplikasikan
kecerdasan emosional dalam proses pembelajaran
B. Materi
- PENGERTIAN KECERDASAN EMOSIONAL
Istilah kecerdasan emosional pertama kali
dilontarkan pada tahun 1990olrh psikolog Peter Salovey dari Harvard University
dan John Meyer dari University of Ne Hampshire (Shapiro. 1997 : 5).
Kecerdasan emosional adalah himpunan
bagian dari kecerdasan yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi
baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah-milah semuanya, dan
menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan (Salovey dan
Meyer). Dengan kata lain keterampilan IQ dan EQ harus saling berinteraksi
secara dinamis, baik dalam tingkat konseptual maupun empirik.
Beberapa bentuk kualitas emosional yang
dinilai penting bagi keberhasilan, yaitu :
1. Empati
2. Mengungkapkan dan memahami perasaan
3. Mengendalikan amarah
4. Kemandirian
5. Kemampuan menyesuaikan diri
6. Disukai
7. Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi
8. Ketekunan
9. Kesetiakawanan
10. Keramahan
11. Sikap hormat.
Dalam sebuah survey nasional
terhadap apa yang diinginkan oleh pemberi kerja baru, keterampilan-keterampilan
teknik khusus tidak seberapa penting dibanding kemampuan dasar untuk belajar
dalam pekerjaan bersangkutan (Golemen, 2000: 19). Selain itu
keterampilan-keterampilan lainnya adalah;
·
Mendengarkan dan komunikasi lisan
·
Adaptabilitas dan tanggapan kreatif
terhadap kegagalan dan halangan
·
Manajemen pribadi, kepercayaan diri,
memotivasi untuk bekerja meraih sasaran, keinginan mengembangkan karier dan
bangga dengan prestasi yang dicapai
·
Efektivitas kelompok dan antar pribadi,
kerjasama dalam kelompok, keterampilan merundingkan perbedaan pendapat
·
Efektivitas dalam perusahhan, keinginan
member konstribusi, potensi-potensi kepemimpinan.
- CIRI-CIRI KECERDASAN EMOSIONAL
Gardner menilai bahwa skala kecerdasan Stanford-Binet tidak meramalkan
kinerja yang sukses. Bahkan menurut sejumlah hasil penelitian, telah banyak
terbukti bahwa kecerdasan emosi memiliki peran yang jauh lebih signifikan
disbanding kecerdasan intelektual (IQ). Terbuti, banyak orang yang memiliki
kecerdasan intelektual tinggi, kemudian terpuruk di tengah-tengah persaingan.
Sebaliknya banyak yang mempunyai kecerdasa intelektual biasa-biasa saja, justru
sukses menjadi bintang-bintang kinerja, menjadi pengusaha-pengusaha sukses, dan
pemimpin-pemimpin di berbagai kelompok. Di sinilah kecerdasan emosi (EQ)
membuktikan eksistensinya.
Atas dasar itulah maka berkembang pandangannya tentang kecerdasan lain yang
lebih luas dari konsep baku IQ yaitu kecerdasan antar pribadi yang lebih
menekankan pada pemahaman tentang perasaan, dan mengakui betapa pentingnya
kemampuan emosional dan kemampuan komunikasi dalam hiruk pikuk kehidupan.
Prestasi akademik yang tinggi, predikat juara, ternyata tidak cukup mampu
memberikan bekal untuk dapat merespon berbagai gejolak, kesulitan-kesulitan,
dan berbagai dinamika kehidupan lingkungan yang sangat dinamis.
Goleman menggambarkan ciri-ciri kecerdasan emosional yang terdapat pada
diri seseorang berupa:
1. Kemampuan memotivasi diri sendiri
2. Ketahanan menghadapi frustasi
3. Kemampuan mengendalikan dorongan hati dan tidak
melebih-lebihkan kesenangan
4. Kemampuan menjaga suasana hati dan menjaga agar beban
stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdo’a.
Kemampuan memotivasi diri sendiri merupakan kemampuan internal pada diri
seseorang berupa kekuatan menjadi suatu energi yang mendorong seseorang untuk
mampu menggerakkan potensi-potensi fisik dan psikologis atau mental dalam
melakukan aktivitas tertentu sehingga mampu mencapai keberhasilan yang
diharapkan. Untuk itu, sebagai orang tua maupun guru hendaknya dapat membantu
mengembangkan tumbuhnya motivasi diri anak.
Walaupun kemampuan memotivasi diri menjadi sesuatu yang sangat penting
sebagai wujud dari kemadirian anak, namun dalam proses perkembangannya anak
masih memerlukan peran orang tua untuk memfasilitasi peningkatan motivasi
mereka. Untuk itu sebagai orang tua maupun guru dapat membantu mengembangkan
kemampuan menumbuhkan motivasi diri anak melalui ;
a. Mengajarkan anak mengharapkan keberhasilan
b. Menyediakan kesempatan bagi anak untuk menguasai
lingkungannya
c. Memberikan pendidikan yang relevan dengan gaya belajar
anak
d. Mengajarkan anak untuk menghargai sikap tidak mudah
menyerah
e. Mengajarkan anak pentingnya menghadapi dan mengatasi
kegagalan
Kemampuan yang harus dikembangkan pada setiap anak utamanya bykan kemampuan
untuk menghindari terjadinya masalah akan tetapi kemampuan melihatsecara jernih
setiap masalah yang dihadapi, untuk selanjutnya mampu memobilisasi kekuatan
diri dalam mengatasi persoalan-persoalan yang dihadap tersebut.
Kesadaran diri adalah kecakapan yang diusahakan untuk diperkuat oleh
sebagian besar perangkat psikoterapi, karena seperti dikemukakan oleh Freud
bahwa sebagian besar kehidupan emisional berada dalam alam bawah sadar;
perasaan-perasaan yang bergejolak dalam diri kita tidaklah senantiasa melintasi
ambang kesadaran.
Agar emosi tidak berkembang ke arah negatif, seseorang perlu mengenali
dirinya sendiri melalui pemikiran yang jernih untuk menyadari perasaan diri
sepenuhnya, tidak tenggelam dalam permasalah serta tidak mudah pasrah. Bilamana
pengenalan diri dapat dilakukan dengan baik, maka akan sangat membantu
seseorang untuk dapat menguasai diri.
Mihaly Csikszentmihalyi, ahli psikologi dari university of Cicago
mengumpulakn kisah-kisah puncak kinerja penelitiannya dan melukiskan keadaan
yang sangat disukainya yang disebut flow. Keadaan flow merupakan
puncak kecerdasan emosional. Flow merupakan keadaan batin yang
menandakan seorang anak sedang tenggelam dalam tugas yang cocok. Oleh sebab
itu, hendaknya model ini dikembangkan di sekolah-sekolah untuk menghindari
kebosanan dan sekaligus menguasai rasa kecemasan di kalangan anak (De Porter,
2000).
Kemampuan mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan
menjadi ciri dari kecerdasan emosi. Selain itu, kemampuan mengadakan hubungan
anatar pribadi atau keterampilan sosial dan kemampuan menjaga agar beban stres
tidak melumpuhkan kemampuan berpikir juga merupakan ciri dari kecerdasan
emosional. Kecerdasan Emosional Spiritual (ESQ) merupakan suatu metode dan
konsep yang jelas dan pasti dari kekosongan batin/jiwa.
- EMOSI DAN KEGUNAANNYA
Dalam proses pembelajaran konvensional, aspek emosional secara eksplisit
tidak mendapat tempat dalam pembahasan dan uraian materi perkuliahan atau
pelajaran sehingga tidak menjadi bagian yang harus dipelajari. Hasil-hasil
penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang dilatih emosinya pada permulaan
masa kanak-kanaknya sungguh-sungguh mengembanngkan jenis keterampilan social
ini di kemudian hari, keterampilan social mampu membantu mereka untuk diterima
oleh rekan-rekan sebaya dan untuk menjalin persahabatan-persahabatan (Gottman
& DeClaire,1997: 29)
Kecerdasan emosi merupakan bagian dari aspek kejiwaan seseorang yang paling
mendalam, dan merupakan suatu kekuatan, karena dengan adanya emosi itu manusia
dapat menunjukkan keberadaannya dalam masalah-masalah manusiawi. Kekuatan emosi
sering kali mengalahkan kekuatan nalar, sehingga harus ada upaya untuk
mengendalikan, mengatasi, dan mendisiplinkan kehidupan emosional, misalnya
dengan memberlakukan aturan-aturan untuk mengurangi gejolak emosi.
Secara universal, manusia memiliki dua jenis tindakan pikiran yaitu
tindakan pikiran emosional (perasaan) dan tindakan pikiran rasional (berpikir).
Keduanya saling mempengaruhi dalam membentuk kehidupan mental manusia. Sehingga
antara akal dan emosi harus berjalan dengan seimbang.
- KECAKAPAN-KECAKAPAN EMOSIONAL
Kecemasan yang sangat mendalam terhadap diperolehnya nilai-nilai buruk
anak-anak dalam sejulah mata pelajaran, dikejutkan lagi oleh kecemasan lain
yang lebih besar lantaran banyak kasus siswa yang mengejutkan justru tidak berkaitan
dengan nilai-nilai akademis tersebut, misalnya bagaimana seorang siswa
dengan mudah tega membunuh teman dekatnya sendiri. Kekurangan lain yang
menimbulkan kecemasan lebih besar tersebut adalah buta
emosi.
Tanda-tanda kekurangan perhatian terhadap aspek emosi terlihat dari
banyaknya peristiwa-peristiwa kekerasan di kalangan siswa, meningkatnya
kekacauan masa remaja dan beberapa ekses perilaku negatif lainnya.Tinjauan baru
terhadap penyebab depresi pada kaum muda menunjukkan dengan jelas adanya cacat
dalam dua bidang keterampilan emosional, yaitu keterampilan membina hubungan,
dan cara menafsirkan kegagalan yang memicu timbulnya depresi.
Depresi telah membawa seseorang seringkali melakukan sesuatu yang
sesungguhnya merugikan dirinya, misalnya mendorong sejumlah orang untuk
minum-minuman keras, padahal efek metabolic alcohol justru seringkali hanya
memperburuk depresi itu sendiri.
Cara yang paling baik untuk mencegah terjadinya berbagai tindakan kekerasan
serta depresi adalah dengan mengembangkan keterampilan emosional melalui
penemuan ketahanan diri pada anak. Sebuah kemampuan penting untuk mengendalikan
dorongan hati adalah mengetahui perbedaan antara perasaan dan tindakan,
misalnya dengan mengidentifikasi konsekuensi sebelum melakukan suatu tindakan.
- PENERAPAN KECERDASAN EMOSIONAL
Perbedaan-perbedaan dalam pendidikan emosi menghasilkan
keterampilan-keterampilan yang berbeda. Anak perempuan mahir membaca, baik
sinyal emosi verbal maupun nonverbal, serta mahir mengungkapkan dan mengkomunikasikan
perasaan-perasaannya. Sedangkan anak laki-laki menjadi cakap dalam meredam
emosi berkaitan dengan perasaan rentan, salah, takut dan sakit.
Dalam proses pembelajaran, penetapan kecerdasan emosional dapat dilakukan
secara luas dalam berbagai sesi, aktivitas dan bentuk-bentuk spesifik
pembelajarannya. Upaya-upaya untuk mengembangkan kecerdasan emosional anak
adalah:
1. Mengembangkan Empati dan Kepedulian
Empati adalah suatu sikap atau kemampuan menempatkan diri sendiri dalam
posisi orang lain, sehingga dirinya mampu merasakan apa yang orang lain
rasakan.
Beberapa cara untuk mengembangkan sikap empati dan peduli adalah:
a. Memperketat tuntutan pada anak mengenai sikap peduli
dan tanggung jawab
b. Mengajarkan dan melatih anak mempraktekkan perbuatan-perbuatan
baik
c. Melibatkan anak di dalam kegiatan-kegiatan layanan
masyarakat.
2. Mengajarkan Kejujuran dan Integritas
Menurut Paul Ekman, penulis buku Why Children Lie, ada
bermacam-macam alasan mengapa anak tidak berkata benar; sebagian dapat
dimengerti, sebagian yang lain tidak. Anak kecil paling sering berbohong dengan
maksud untuk menghindari hukuman, untuk mendapatkan sesuatu yang mereka
inginkan, atau untuk mendapatkan pujian dari sesame teman. Anak remaja sering
berbohong untuk melindungi privasinya, untuk menguji kewibawaan orang tua dan
untuk melepaskan diri dari rasa malu.
Seperti yang ditulis oleh Ekman, “berbohong mengenai masalah serius bukan
hanya suatu masalah yang akan mempersulit tugas orang tua. Berbohong mengikis
kedekatan dan keakraban. Kebiasaan berbohong menumbuhkan benih
ketidakpercayaan, karena perbuatan ini mengkhianati kepercayaan orang lain.
Beberapa hal yang dapat dilakukan guru atau orang tua untuk mmenumbuhkan
kejujuran anak, antara lain:
a. Usahakan agar pentingejujuran terus menjadi topik
perbincangan dalam rumah tangga, kelas, dan sekolah
b. Membangun kepercayaan
c. Menghormati privasi anak
3. Mengajarkan Memecahkan Masalah
Hal sangat penting yang harus diketahui para pendidik adalah kemampuan
memecahkan masalah merupakan bagian yang menyatu dengan proses pertumbuhan.
Pertumbuhan intelektual dan emosional anak didorong oleh proses pemecahan
masalah. Seperti keterampilan EQ yang lainnya, kemampuan anak untuk memecahkan
masalah umunya sejalan dengan peningkatan usia.
Anak-anak sanggup memecahkan masalah yang lumayan rumit bila mereka
terbiasa dibimbing menggunakan istilah-istilah yang akrab dan kongkrit bagi
mereka. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran, anak-anak harus sesering
mungkin diajak untuk memecahkan masalah yang sesuai dengan tingkat usia dan
pengalaman yang mereka dapat.
Untuk menghadapi tantangan masa depan, siswa akan membutuhkan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai di sembilan area kunci yaitu:
a.
Kemampuan berbahasa, matematika dan sains
b.
Keterampilan teknologi baru
c.
Kemampuan pemecahan masalah, pikiran
kritis dan kreativitas
d.
Kesadaran sosial, keterampilan
berkomunikasi dan membangun sinergisitas kelompok
e.
Kesadaran global dan keterampilan
konservasi
f.
Pendidikan kesehatan dan kesejahteraan
g.
Orientasi moral dan etika
h.
Kesadaran estetika
i.
Pendidikan seumur hidup untuk kemandirian
belajar
Langkah-langkah pemecahan masalah yang tepat untuk diterapkan yaitu:
a.
Mengidentifikasi masalah
b.
Memikirkan alternatif pemecahan
c.
Membandingkan alternatif-alternatif
pemecahan yang mungkin akan dipilih
d.
Menentukan pemecahan yang terbaik
Selain keempat hal tersebut di atas, guru perlu mengembangkan suasana yang
mendukung pemecahan masalah tersebut yang memungkinkan mereka merasa lebih
percaya diri serta merasa memiliki keleluasaan dalam mengambil keputusan yang
tepat.
SIMPULAN
Kecerdasan emosional sebagai hasil belajar memang sangatlah perlu karena
bagaimana kita bisa mengolah emosi yang baik maka kecerdasan emosional kitapun
akan menjadi baik, tetapi sebaliknya jika kita kurang atau tidak bisa menahan
emosi dengan baik maka kecerdasan emosi kita akan rendah atau tidak baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar