Senin, 10 Februari 2014

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


Pendahuluan
Dalam penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas; memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik. Sebagaimana sebelumnya sudah pernah kita bahas bersama bahwa ukuran keberhasilan mengajar guru utamanya adalah terletak pada terjadi atau tidaknya peningkatan hasil belajar siswa. Karna itu melalui pemilihan model pembelajaran yang tepat guru dapat memilih atau dapat memilih atau menyesuaikan jenis pendekatan dan metode pembelajaran dengan materi pembelajaran yang di sajikan. Hal penting yang harus selalu di ingat bahwa tidak ada satu strategi pembelajaran yang paling ampuh untuk segala situasi.
1.      Oleh sebab itu guru di tuntut memiliki pemahaman untuk bersaing serta mampu mengambil keputusan yang rasional kapan waktu yang tepat untuk menerapkan salah satu strategi secara efektif.
2.      Menjelaskan dasar pemikiran perlunya model pembelajaran.
3.      Menjelaskan hakikat model pembelajaran.
4.      Menjelaskan kelompok model-model pembelajaran.
5.      Menguraikan jenis0jenis model pembelajaran.
A.      Hakikat Model Pembelajaran
Dalam hal ini model-model pembelajaran yang dipilih dan dikembangkan guru hendaknya dapat mendorong siswa untuk belajar dengan mendayagunakan potensi yang mereka miliki secara optimal. Belajar yang kita harapkan bukan sekedar mendengar, memperoleh atau meneyerap informasi yang disampaikan guru. Belajar harus menyentuh kepentingan siswa secara mendasar. Belajar harus dimaknai sebagai kegiatan pribadi siswa dalam menggunakan potensi pikiran dan nuraninya baik terstruktur maupun tidak terstruktur untuk memperoleh pengetahuan, membangun sikap dan ketrampilan tertentu.
Dalam sebuah situs tentang pembelajaran menurut Huitt (Aunurrohman, 2012: 141), mengemukakan rasionalitas pengembangan model pembelajaran. Model-model pembelajaran dikembangkan utamanya beranjak dari adanya perbedaan berkaitan dengan berbagai karakteristik siswa. Karena siswa memiliki berbagai karakteristik kepribadian, kebiasaan-kebiasaan, modalitas belajar yang bervariasi antara individu satu dengan yang lain, maka model pembelajaran guru juga harus selayaknya tidak terpaku hanya pada model tertentu, akan tetapi harus bervariasi. Di samping didasari pertimbangan keragaman siswa, pengembangan berbagai model pembelajaran juga dimaksudkan untuk menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa, agar mereka tidak jenuh dengan proses belajar yang sedang berlangsung. Itulah sebabnya maka di dalam menentukan model-model pembelajaran yang akan dikembangkan, guru harus memiliki Pemahaman yang baik tentang siswa-siswanya, keragaman kemampuan, motivasi, minat dan karakteristik pribadi lainnya.
Menurut Mangkuprawira (Aunurrohman, 2012: 142) untuk memperkokoh pemahaman kita tentang model-model pembelajaran, perlu dikaji kembali beberapa asumsi tentang belajar, (1) setiap individu pada setiap tingkatan usia memiliki potensi untuk belajar, namun dalam prosesnya, keberhasilan antar individu akan beragam; ada yang cepat dan ada yang lambat bergantung pada motivasi dan cara yang digunakannya, (2) tiap individu mengalami proses perubahan dimana situasi belajar yang baru sangat mungkin menimbulkan keraguan, kebingungan bahkan ketidaksenangan, tetapi di pihak lain banyak juga yang menyenangkan. Sebelum mengkaji lebih dalam tentang model-model pembelajaran, ada baiknya kita pahami kerangka pikir Gagne (Aunurrohman, 2012: 142) yang menegaskan lima kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar sehingga memerlukan berbagai model dan strategi pembelajaran untuk mencapainya, yaitu:
1.         Keterampilan intelektual, yakni sejumlah pengetahuan mulai dari kemampuan baca, tulis, hitung sampai pada pemikiran yang rumit.  Kemampuan ini sangat tergantung pada kapasitas intelektual, kecerdasan sosial seseorang dan kesempatan belajar  yang tersedia.
2.         Strategi kognitif, yaitu kemampuan mengatur cara belajar dan berpikir seseorang dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkkan masalah.
3.         Informasi verbal, yakni pengetahuan dalam arti informasi dan fakta.
4.         Keterampilan motorik, yakni kemampuan dalam bentuk keterampilan menggunakan sesuatu, keterampilan gerak.
5.         Sikap dan nilai, yakni hasil belajar yang berhubungan dengan sikap, intensitas emosional.
Pada dasarnya setiap guru menginginkan agar materi pelajaran yang disampaikan kepada anak didiknya dapat dipahami secara tuntas. Sementara setiap guru juga menyadari bahwa untuk dapat memenuhi harapan tersebut bukanlah sesuatu yang dapat dianggap mudah, karena setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda baik dari segi minat, potensi, kecerdasan dan usaha siswa itu sendiri. Dari keberagaman pribadi yang dimiliki oleh siswa tersebut, kita sebagai guru hendaknya mampu memberikan pelayanan yang sama sehingga siswa yang menjadi tanggungjawab kita di kelas itu merasa mendapatkan perhatian yang sama. Untuk memberikan pelayanan yang sama tentunya kita perlu mencari solusi dan strategi yang tepat, sehingga harapan yang sudah dirumuskan dalam setiap rencana pembelajaran dapat tercapai.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik. Sebagaimana sebelumnya sudah kita bahas bersama bahwa ukuran keberhasilan mengajar guru utamanya adalah terletak pada terjadi tidaknya peningkatan hasil belajar siswa. Karena itu melalui pemilihan model pembelajaran yang tepat guru dapat memilih atau menyesuaikan jenis pendekatan dan metode pembelajaran dengan karakteristik materi pelajaran yang disajikan. Menurut Killen (Aunurrohman, 2012:143) hal penting yang harus selalu diingat bahwa tidak ada satu strategi pembelajaran yang paling ampuh untuk segala situasi. Oleh sebab itu guru dituntut untuk memiliki pemahaman yang komprehensif serta mampu mengambil keputusan yang rasional kapan waktu yang tepat untuk menerapkan salah satu atau beberapa strategi secara efektif. Kecermatan guru di dalam menentukan  model pembelajaran menjadi semakin penting, karena pembelajaran adalah suatu proses yang kompleks yang di dalamnya melibatkan berbagai unsur yang dinamis. Menurut Huitt (Aunurrohman, 2012) mengingatkan meskipun keterlibatan siswa dalam pembelajaran di kelas merupakan hal yang sangat penting, akan tetapi guru harus tetap dapat mengontrol aktivitas perilaku siswa di kelas (classroom management activities), mencermati perbedaan-perbedaan antarsiswa serta karakteristik masing-masingin dividu.
Menurut Lieach & Scott (Aunurrohman, 2012: 144), mengingatkan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan guru dalam memilih dan mentukan model pembelajaran dengan mengkaji kemana pembelajaran akan dititikberatkan, apakah pada outcome, proses atau content. Dalam uraian masing-masing orientasi tersebut terdapat beberapa aspek kegiatan yang harus dilakukan guru.
a.    Bilamana guru memutuskan untuk mengarahkan proses pambelajaran pada outcome, maka guru harus merumuskan beeberapa pertanyaan untuk dirinya sendiri tentang:
1.    Apa yang saya harapkan dari siswa-siswa pada akhir pembelajaran;
2.    Jenis pengetahuan dan dorongan seperti apa yang saya harapkan dapat dimiliki oleh siswa;
3.    Jenis ketrampilan seperti apa yang saya harapkan dapatdidemonstrasikan oleh para siswa;
4.    Sikap seperti apa yang seharusnya dimiliki oleh para siswa;
5.    Mengapa saya mkengharuskan siswa-siswa untuk mempelajari hal ini;
6.    Pengetahuan, sikap dan ketrampilan apa yang seharusnya penting dimiliki siswa yang harus saya ajarkan;
7.    Bagaimana cara saya mengetahui bahwa siswa dapat mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang saya harapkan.
b.    Bilamana guru memutuskan untuk menitikberatkan pada content pembelajaran, maka guru harus merumuskan beberapa pertanyaan untuk dirinya sendiri tentang;
1.    Apa saja materi esensial yang harus dimengerti oleh siswa untuk mendukung hasil belajar yang saya harapkan;
2.    Apa yang menjadi sumber-sumber belajar yang dapat dipergunakan untuk mendukung materi pembelajaran;
3.    Kemampuan berpikir siswa seperti apa yang perlu dinilai dan bagaimana cara saya melakukan penilaiannya. Mengapa hal itu penting untuk dilakukan;
4.    Kekeliruan pemahaman dan miskonsepsi seperti apa yang umumnya terjadi dalam penyampaian materi yang dilakukan;
5.    Bagaimana saya dapat meminimalisasi atau mengurangi kekeliruan pemahaman dan miskonsepsi pada siswa;
c.    Bilamana guru memutuskan untuk menitikberatkan pada proses pembelajaran, maka guru harus merumuskan beberapa pertanyaan untuk dirinya sendiri tentang:
1.    Bagaimana strategi yang harus dilakukan agar siswa dapat lebih mudah memahami melalui pembelajaran yang dilakukan;
2.    Bagaimana siawa dapat mengembangkan keterampilan yang dimilikinya;
3.    Bagaimana siiswa dapat mengembangkan sikap dan nilai;
4.    Bagaimana struktur pengorganisasian kelas yang harus dikembangkan untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran yang efektif;
5.    Apa saja jenis atau bentuk strategi pembelajaran yang menjadi penekanan jika dikaitkan dengan jenis sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dikembangkan melalui proses pembelajaran yang dilakukan;
6.    Bagaimana merancang dan mengorganisasi materi pembelajaran agar siswa mudah mempelajarinya;
7.    Apakah siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk mendukung strategi pembelajaran yang dikembangkan;
8.    Seberapa banyak waktu, ruang dan sumber-sumber belajar yang dimiliki sehingga dapat mendukung strategi pembelajaran yang dipergunakan;
9.    Apakah strategi pemotivasian dapat dipergunakan untuk mempercepat tumbuhnya rasa percaya diri para siswa;
10.               Bagaimana cara mengetahui bahwa pembelajaran yang dilaksanakan telah dilaksanakan secara optimal seperti yang direncanakan.
Jika kita cermati beberapa dasar pemikiran tentang model pembelajaran seperti dikemukakan di atas, maka kita dapat memberikan arti yang lebih jelas dan konkret tentang model pembelajaran, Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka  konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan untuk mencapai ntujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran juga dapat dimaknai sebagai perangkat rencan atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas-aktivitas pemmbelajaran. Menurut Brady (Aunurrohman, 2012: 146), mengemukakan bahwa model pembelajaran dapat diartikan sebagai blueprint yang dapat dipergunakan untuk membimbing guru di dalam mempersiapkan dan melaksanakn pembelajaran. Muntuk lebih memahami model pembelajaran, selanjutnya ia mengemukakan 4 premis tentang model pembelajaran, yaitu:
1.    Model memberikan arah untuk persiapan dan implementasi kegiatan pembelajaran. Karena itu model pembelajaran lebih bermuatan praktis implementatif daripada bermuatan teori.
2.    Meskipun terdapat sejumlah model pembelajaran yang berbeda, namun pemisahan antara satu model dengan model yang lain tidak bersifat deskrit. Meskipun terdapat beberapa jenis model yang berbeda, model-model tersebut memiliki keterkaitan, terlebih lagi di dalam proses implementasinya. Oleh sebab itu, guru harus menginterpretasikannya ke dalam perilaku mengajar guru mewujudkan pembelajaran yang bermakna.
3.    Tidak ad satu pun model pembelajaran yang memiliki kedudukan lebih penting dan lebih baik dari yang lain. Tidak satu pun model tunggal yang dapat merealisasikan berbagai jenis dan tingkatan tujuan pembelajaran yang berbeda.
4.    Pengetahuan guru tentang berbagai model pembelajarn yang memiliki arti penting di dalam mewujudkan efesiensi yang efektivitas pembelajaran. Keunggulan model pembelajaran dapat dihasilkan bilamana guru mampu mengadaptasikan atau mengkombinasikan beberapa model sehingga menjadi lebih serasi dalam mencapai hasil belajar siswa yang lebih baik.

B.       Kelompok dan Jenis Model-Model Pembelajaran
Ada sejumlah pandangan atau pendapat berkenaan dengan model pembelajaran yang perlu kita kaji untuk memperluas pemahaman dan wawasan kita sehingga kita dapat semakin fleksibel dalam menentukan salah satu atau beberapa model pembelajaran yang tepat. Beberapa model pembelajaran menurut Lapp, Bender, Ellenwood, & John (Aunurrohman, 2012: 147) yang berpendapat bahwa berbagai aktivitas belajar mengajar dapat dijabarkan dari empat model utama, yaitu :
1.    The Classical  Model, dimana guru lebih menitikberatkan perann ya dalam pemberian informasi melalui mata pelajaran dan materi pelajaran yang disajikannya.
2.    The Technological Model, yang lebih menitikberatkan peranan pendidikan sebagai transmisi informasi, lebih dititikberatkan untuk mencapai kompetensi individual siswa.
3.    The Personalized Model, dimana proses pembelajaran dikembangkan dengan memperhatikan minat, pengalaman dan perkembangan siswa untuk mengaktualisasikan potensi-potensi individualitasnya.
4.    The Interaction Model, dengan menitikberatkan pola interdepensi antara guru dan siswa sehingga tercipta komunikasi dialogis didalam proses pembelajaran.
Stalling (Aunurrohman, 2012: 147), mengemukakan 5 model dalam pembelajaran;
1.    The Exploratory Model, model ini pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan kreativitas dan independensi siswa.
2.    The Group Process Model, model ini utamanya diarahkan untuk mengembangkan kesadarandiri, rasa tanggung jawab dan kemampuan bekerjasama antara siswa.
3.    The Develop Mental Cognitive Model, yang menitikberatkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan kognitif.
4.    The Programed Model, yang dititikberatkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar melalui modifikasi tingkah laku.
5.    The Fundamental Model, yang dititikberatkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar melalui pengetahuan factual.
Joyce Weil, dan Calhoun (Aunurrohman, 2012: 148) mendeskripsikan empat kategori model mengajar, yaitu kelompok model social (social family), kelompok pengolahan infornmsi(information processing family), kelompok model personal (personal family), dan kelompok model system perilaku (behavioral system family). Tiap-tiap model tersebut dijabarkan kedalam beberapa tipe yang lebih terukur. Jika dituangkan dalam bentuk table adalah sebagai berikut :
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
Families
The Social Family
The Information Processing Family
The Personal Family
The Behavioral System Family
Models
1.        Partners in learning
a.      Positive independence
b.      Structural inquiry
2.      Group investigation
3.    Role Playing
4.    Jurisprudential inquiry
1.    Inductive Thingking(classification oriented )
2.    Concept attainment
3.    Mnemonics (memory assist)
4.    Advance organizers
5.    Scientific inquery
6.    Inquery training
7.    Synectics
1.    non directive teaching
2.    enhancing self esteem
1.    mastery learning
2.    direct instruction
3.    simulation
4.    social learning
5.    progammed schedule (task performance reinforcement)

Berikut ini diuraikan beberapa diantara contoh kelompok model-model pembelajaran yang dapat diterapkan guru secara sinergis melalui aktivitas pembelajaran yang dikelolanya.

1.        Kelompok model interaksi sosial (social interaction models)
Model interaksi sosial adalah suatu model pembelajaran yang beranjak dari pandangan bahwa segala sesuatu tidak terlepas dari realitas kehidupan, individu tidak mungkin melepaskan dirinya dari interaksi dengan orang lain. Model interaksi sosial didasarkan pada dua asumsi pokok, yaitu; (1) masalah – masalah sosial dapat diidentifikasi dan dipecahkan melalui kesepakatan – kesepakatan bersama melalui proses –proses sosial dengan melibatkan berbagai kelompok masyarakat, (2) proses sosial yang demokratis yaitu dikembangkan dalam upaya perbaikan system kehidupan sosial masyarakat secara terarah dan berkesinambungan.
Kelompok model interaksi sosial ini meliputi sejumlah model, yaitu; investigasi kelompok (group investigation),bermain peran (role play), penelitian yurisprodensial (yurisprodential inquiry), latihan laboratories (laboratory training), penelitian ilmu sosial (Social science inquiry).

a)      Investigasi Kelompok(group Investigasi)
Investigasi kelompok sebagai wahana untuk mendorong dan membimbing keterlibatan siswa di dalam proses pembelajaran.Sebagaimana diketahui bahwa keterlibatan siswa di dalam proses sentral dari keseluruhan kegiatan pembelajaran.Seorang guru dapat menggunakan strategi investigasi kelompok di dalam proses pembelalajaran dengan beberapa keadaan antara lain:
1)      Bilamana guru bermaksud agar siswa –siswamencapai studi tentang isi materi ,yangtidak dapat dipahami darisajian yang terpusat pada guru.
2)      Bilamana guru bermaksud mendorong siswa untuk lebih skeptic tentang ide-ide yang disajikan.
3)      Bilamana guru meningkatkan minat pada siswa terhadapa topic dan motivasi mereka membicarakan diluar kelas.
4)      Bilamana guru memberikan tindakan pencegahan yang diperlukan atas informasi yang berasal dari orang lain yang memungkinkan mengaraha pada pemahaman kurang positif.
5)      Bilamana guru bermaksud mengembangkan keterampilan=keterampilan yang dapat mereka pergunakan di dalam situasi belajar yang lain,seperti halnya co-operative learning
6)      Bilamana guru menginginkan peningkatan dan perluasan kemampuan siswa.

b.Bermain peran (Rote Playing)
Model ini dirancang khususnya untuk membantu siswa mempelajari nilai-nilai sosial dan moral dan pencerminannya dalam perilaku.Model ini digunakan pula untuk membantu siswa mengumpulkan dan mengorganisasikan isu-isu moral dan sosial,mengembangkan empati terhadap orang lain,dan berupaya memperbaiki keterampilan sosial.
Jika di telaah dari esensinya ,model bermain peran lebih menitiki beratkan partisipan dan pengamat dalam situasi atau masalah nyata serta berusaha mengatasinya.
           c.Model Penelitian Yurisprudensial(jurisprudential inquiry)
   Pada dasarnya metode ini merupakan metode studi kasus  dalam proses peradilan  dan selanjutnya diterapkan dalam suasana belajar di sekolah.Dalam model ini juga didasarkan atas konsep tentang masyarakat dimana terdapat perbedan-perbedaan pandangan dan prioritas bahkan konflik nilai antara seseorang denganyang lain.
2.Kelompok model pengolahan informasi(information Processing Model)
Kelompok model pengolahan informasi salah satu kelompok model pembelajaran yang lebih menitikberatkan pada aktivitas-aktivitas yang terkait dengan kegiatan proses atau pengolahan informasi untuk meningkatkan kabalitas siswa melalui proses pembelajaran.
    a.Berpikir induktif(inductive thinking)
Model pembelajaran ini beranggapan bahwa kemampuan berpikir seseorang tidak dengan sendirinya dapat berkembang dengan baik jika proses pembelajaran dikembangkan tanpa memperhatikan kesesuainnya dengan kebutuhan berpikir seseorang.
     b.Pencapaian konsep(concept attainment)
Model pencapaian konsep adalah pembelajaran yang dirancang untuk menata atau menyusun data sehingga konsep-konsep penting data sehingga konsep-konsep penting dapat dipelajari secara  tepat dan efisien.Penerapan model pencapaian konsep dalam pembelajaran meliputi tiga tahap pokok ,yaitu: tahap pertama,presentasi data dan identifikasi konsep,tahap kedua ,menguji pencapaian konsep,tahap ketiga,menganalisis kemampuan berfikir strategis.


   c.Memorisasi
Model ini diarahkan untuk mengembangkan kemampuan siswa menyerap dan mengitegrasikan  informasi sehingga siswa-siswa dapat mengingat informasi yang telah diterima dan dapat me-recall kembali pada saat yang diperlukan. Penerapan model memorisasi dilakukan melalui beberapa tahap; (1) kegiatan dilakukan dengan menggaris bawahi bagian yang penting (2) mengembangkan hubungan (3) mengembangkan sensori image, dengan menggunakan teknik – teknik yang lucu (4) melatih re-call dengan memperhatikan tahap sebelumnya.
d. Advance organizers
Model advance terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama menjelaskan panduan pembelajaran, tahap kedua menjelaskan materi, dan tugas – tugas pembelajaran. Tahap ketiga memper kokoh pengorganisasian kognitif.

e. Penelitian Ilmiah
                      Esensi model penelitian ilmiah adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dengan cara mengidentifikasi konsep atau metode pemecahan masalah pada kawasan penelitian dan membantu mereka bagaimana cara mengatasi masalah.

f. Inquiry Training
                      Model ini mengajarkan siswa untuk mengkaji dan menjelaskan fenomena khusus tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan ketrampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunya.
g. Synectics
                      Sinektis adalah salah satu pembelajaran yang didesain oleh Gordon yang pada dasarnya diarahkan untuk mengembangkan kreatifitas. Penerapan model sinektik didalam proses pembelajaran dilakukan melalui enam tahap; (1) guru menugaskan siswa mendeskripsikan situasi yang ada. (2 )Siswa mengembangkan berbagai analogi kemudian mendeskripsikan dan menjelaskan. (3) siswa menjadi bagian dari analogi. (4) siswa mengembangkan pemikiran dalam bentuk deskripsi – deskripsi kemudian menemukan pertentangan. (5) siswa menyimpulkan dan menentukan analogi – analogi tidak  langsung. (6) guru mengarahkan agar siswa kembali pada tugas dan masalah sebelumnya dengan menggunakan analogi analogi terakhir.
3. Kelompok model personal (The personal family model)
            Model personal dikembangkan dengan tujuan; (1) untuk mengarahkan perkembangan dan kesehatan mental dan emosional melalui pengembangan rasa percaya diri. (2) mengembangkan keseimbangan proses pendidikan beranjak dari kebutuhan dan aspirasi siswa sendiri.
(3) mengembangkan aspek – aspek khusus kemampuan berfikir kualitatif.
a. pembelajaran tanpa arahan
            Model pembelajaran tanpa arahan adalah model yang berfokus pada upaya memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Implementasi model pembelajaran tanpa arahan dilakukan dalam bentuk interview beberapa urutan yang terbagi dalam lima fase. Fase pertama membantu siswa mendefinisikan situasi, fase kedua menemukan masalah, fase ketiga mengembangkan pemahaman atau pengertian siswa, fase keempat merencanakan dan merumuskan keputusan, fase kelima integrasi dimana siswa mendapatkan pemahaman lebih mendalam dan mengembangkan tindakan – tindakan positif.
b. Model pembelajaran untuk meningkatkan rasa percaya diri (Enhancing Self Esteem)
            Terdapat beberapa model pembelajaran yang dapat dipergunakan guru didalam menumbuhkan rasa percaya diri siswa yang merupakan bagian dari model – model personal.
1)   Model latiahan kesadaran (Ewareness Training Model)
Model latihan kesadaran adalah model pembelajaran yang diarahkan untuk memperluas dan kemampuan untuk merasa dan berfikir. Tujuan utamanya adalah membuka kemungkinan tumbuhnya kesadaran terhadap diri dan hubungan interpersonal
2)   Model pertemuan kelas (classroom meeting)
Didalam kelas model ini diwujudkan seperti layaknya rapat atau pertemuan diamana kelompok bertanggung jawab membangun sistem sosial dengan tetap menghargai tugas bersama dan hak orang lain.terdapat beberapa bentuk pertemuan kelas:
a.       Pertemuan untuk memecahkan masalah sosial
b.      Pertemuan yang tidak hanya terbatas bagi para siswa
c.       Pertemuan yang berkaitan dengan hal yang dipelajari didalam kelas 
4. kelompok model – model sistem prilaku
            Model ini memusatkan perhatian pada prilaku yang teramati (terobservasi) model mengajar kelompok ini mementingkan penciptaan sistem lingkungan belajar yang memungkinkan manipulasi penguatan tingkah laku (reinforcement) secara efektif sehingga terbentuk tingkah laku yang dikehendaki
Terdapat beberapa bentuk model yang termasuk kelompok model ini yaitu belajar tuntas (mastery learning), pengajaran langsung (direct instruction), simulasi (Simulation).
a.       Belajar Tuntas (Mastery Learning)
Pada prinsipnya belajar tuntas adalah suatu aktifitas proses pembelajaran yang bertujuan agar bahan ajar dapat secara tuntas oleh siswa
b.      Pengajaran langsung (Direct instruction)
Pembelajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran dimana kegiatannya terfokus pada aktifitas –aktifitas akademik tujuan utama model pembelajaran langsung adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa.
c.       Simulasi (Simulation)
Simulasi sebagai salah satu model pembelajaran merupakan penerapan dari prinsip (cybernetic) sebagai salah satu cabang psikologi. Melalui model ini guru mengontrol partisipasi siswa untuk menjamin bahwa kelebihan atau keuntungan dari model ini dapat di capai.


Simpulan
Berkembangnya berbagai jenis model pembelajaran pada prinsipnya didasari pemikiran akan karakteristik siswa, baik dilihat dari perbedaan kemampuan, modalitas belajar, motivasi, minat dan beberapa dimensi psikologis lainnya. Pengembangan model pembelajaran tidak terlepas dari pemahaman guru terhadap karakteristik siswa sebagaimana pula dipengimplementasian prinsip –prinsip belajar yang pernah kita bahas sebelumnya meskipun terdapat model pembelajaran yang berbeda, namun antara satu model dengan model yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Alfabeta

DimyatidanMujiono .(1994). Belajara dan Pembelajaran. Jakarta: Proyek Pembinaan dan Peningktan Mutu Tenaga Dikti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar